Senin, 10 November 2014

Tugas Minggu 1 - Wawancara ke pedagang Cilok keliling

Salam Entrepreneur buat teman-teman semua~
Perkenalkan saya Nani,
Mengacu pada UU no.20/2008, yang dimaksud dengan usaha mikro adalah Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300 juta rupiah.
Saya mengamati pedagang makanan keliling di sekitar perumahan tempat saya tinggal, dan melakukan wawancara singkat ke salah satu penjual CILOK atau Baso Tusuk, bernama Bang Herman, asal Cianjur.
Telah menjual cilok sejak tahun 1982, artinya hampir 32 tahun Bang Herman menekuni usahanya ini sampai sekarang! Per hari menjual sekitar 1500 - 2000 buah, disuplai oleh sang bos, Bang Herman cukup puas dengan penghasilan rata-rata Rp 5 - 6 juta per bulan bersih (per hari bersih rata-rata Rp.200 ribu, diluar makan dan kos, yang ditanggung bos),
Ketika ditanya ditanya kenapa tidak mengembangkan usahanya secara mandiri, dan menjadi bos bagi orang lain, dia beralasan sudah cukup menghidupi keluarganya di kampung, dan dia cukup berbangga karena penghasilannya masih lebih besar dari UMP karyawan saat ini.
Dari wawancara singkat tersebut, saya jadi mengerti, masalah pokok kenapa usaha bang Herman tidak bertumbuh.
1. Karena tidak adanya mindset untuk terus bertumbuh untuk menciptakan lapangan kerja.
2. Karena dia sudah berada di comfort zone  area, cukup puas dengan penghasilan yang menurut ukuran secara subyektif, sudah mencukupi.
3. Tidak adanya upaya untuk melakukan inovasi usaha, seperti variasi rasa, tampilan, kebersihan, dll, karena tiap hari pun dagangannya laku, habis pula
Sekian pengamatan saya, saya tunggu masukan-masukannya, terima kasih.
Salam, Nani

Diskusi Minggu 1

 
Perkenalkan, saya Nani,
Mantan karyawati perusahaan swasta, yang mengalami kejenuhan setelah bekerja selama 23 tahun, dengan penghasilan yang alhamdulillah cukup (kalau tidak mau dibilang pas-pasan) untuk sedikit meringankan tugas suami memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sejak september 2013 saya mengundurkan diri, dan berencana untuk belajar memulai bisnis sendiri yang tidak berhubungan dengan pekerjaan sebelumnya namun menjadi passion saya, yaitu bidang kuliner.
Berbekal dari tabungan sekedarnya, saya mulai alihkan kegiatan rutin saya selama ini, dengan aktifitas yang sama sekali berbeda, antara lain dengan mengikuti beberapa kursus memasak, menghadiri beberapa seminar tentang franchise/ motivasi, menjadi anggota komunitas penyuka masak-memasak, dll.
Saya juga mulai menguji produk saya dengan mengikuti beberapa event bazaar yang berbayar, maupun gratis.
Ketika pertama kali saya coba mengikuti bazaar di perkantoran yang diadakan tiap bulan,  saya, dengan dibantu asisten di rumah, menjual somay mini, wajik ketan, pastel mini, dan es rujak mangga buatan kami. Selama 4 hari pameran, produk kami hanya laku tak lebih dari masing-masing 5 porsi saja. Dan alhasil, usaha tersebut mengalami kerugian.
Belajar dari testing pertama berjualan, dan setelah membandingkan dengan produk makanan lain yang ada di bazaar tersebut,  3 evaluasi saya :
1. Konsumen (yang umumnya karyawan gedung dan peserta bazaar) lebih tertarik pada makanan berat, dari pada camilan. Karena mereka bisa berbelanja hanya pada saat jam istirahat, sambil makan siang. Dan tentunya yang dituju adalah menu makanan berat, seperti nasi, mie, dan sejenisnya.
2.Sebaiknya fokus ke 1 atau maksimal 2 jenis makanan, bukan banyak jenis.
3. Tulisan pada banner/spanduk, sebaiknya langsung nama produk kita, dengan warna mencolok, misalnya "Soto Mie Jakarta", bukan dengan nama usaha kita, misalnya "Serai, home made cooking".
Penasaran, bulan berikutnya saya test lagi, kali ini dengan produk makanan berat, dengan banner mencolok "Nasi Uduk Kebon Nanas". Dibanding test pertama, kali ini cukup banyak konsumen yang datang, sehingga perlu 3 orang menangani pesanan pada jam-jam sibuk tersebut. Saya jadi yakin bahwa produk saya akan bisa diterima di pasaran.
Evaluasi kali ini :
1. Penjualan bagus hanya ketika jam sibuk (jam istirahat) saja, selebihnya biasa-biasa saja - konsumen terbatas.
2. Penjual makanan sejenis (makanan berat) dalam satu bazaar sebaiknya dibatasi, supaya tenant bisa memperoleh margin yang optimal. (pada saat itu terdapat 6 penjual makanan berat).
Dari 2 experimen diatas, saya berencana untuk membuka usaha makanan di stan pusat perbelanjaan, atau bazaar pada even-even yang lebih besar, dengan harapan akan memperoleh konsumen yang lebih banyak.
Mohon informasi, apabila ada pola kemitraan atau sejenisnya untuk bisa mewujudkan rencana saya ini, saya akan tindak lanjuti dengan semangat.
Saya tunggu masukan-masukannya, terima kasih sebelumnya.
Salam Entrepreneur!
Nani

Jurnal Refleksi Minggu 1

JURNAL REFLEKSI MINGGU 1

 
Salam Entrepreneur :D
Baru minggu ini saya mengikuti UCEO, berkat informasi dari suami tercinta, dan mendapatkan pencerahan setelah mendengarkan paparan dahsyat yang disampaikan oleh para pakar bisnis, seperti Pak Ciputra, Dahlan Iskan, Sudhamek AWS, Sandiaga Uno, Nur Agustinus.
1. Pak Ciputra menyampaikan perlunya scale up usaha, apabila sudah yakin usaha sebelumnya bisa sukses, sebelum pindah ke usaha lain.
Untuk itu diperlukan integritas, profesionalitas, dan jiwa entrepreneurship yang kuat, supaya siap  ketika perusahaan, baik  dari skala kecil - sedang - besar - nasional - sampai international, menghadapi gelombang pasang - surut (booming - glooming),
2. Menurut Pak Dahlan Iskan, untuk memulai bisnis, perlu sabar, tekun, dan fokus secara total (istilahnya semurni emas 24 karat!). Diperlukan pengorbanan yang tidak sedikit, sebelum meraih sukses - istilahnya sengsara membawa nikmat. Berdasarkan pengalaman beliau, menjadi pengusaha adalah manusia yang merdeka, paling enak jadi pengusaha!
3. Pak Sudhamek AWS mengibaratkan mengawali usaha selalu lebih sulit dari pada mengembangkannya. Bagai mendorong mobil mogok, pertama berat, setelah berjalan maka akan lebih ringan. Yang penting jangan berpuas diri untuk terus berkembang.
Untuk itu kita harus menciptakan produk yang punya nilai tambah (baik dari segi kualitas, distribusi, komunikasi), dan ibaratkan keuntungan sebagai nutrisi usaha.
4. Sandiaga Uno menyampaikan ada 3 faktor yang menantang untuk mengembangkan usaha :
a. Memiliki mindset untuk terus bertumbuh, agar bisa ciptakan lapangan kerja
b. Tinggalkan comfort zone, untuk terus bertumbuh.
c. Inovasi mutlak diperlukan, supaya ada daya saing.
5. Sedangkan Pak Nur Agustinus membedakan 2 macam pengusaha dari pola pikirnya :
a. Fixed mindset : yang melakukan segala sesuatu harus dengan sempurna, takut akan kegagalan, tdk siap kritikan, memilih yang mudah,dan menganggap kecerdasan tidak bertambah. Akibatnya perkembangan usahanya tidak maksimal.
b. Growth mindset : terus menerus belajar, mau berusaha, berani ambil resiko, berani berubah, memberikan harapan kepada lingkungan, tidak mudah menyerah,  kecerdasan bisa bertumbuh. Efeknya mereka bisa mencapai hasil yang lebih besar dari orang-orang dengan fixed mindset.
Namun fixed mindset bisa diubah menjadi growth mindset, asal ada kemauan, keyakinan, jangan maulu dan jalin network.
Menurut Carol S Sweck, kalau kita busa mengubah mindset kita, berarti kita bisa mengubah hidup kita.
Berbekal keyakinan setelah mengikuti perkuliahan di minggu pertama ini, saya tidak ragu untuk mulai menekuni usaha baru, meskipun dengan minim pengalaman, di usia yang tidak lagi muda :D
Salam, Nani

Jurnal Refleksi Minggu 2 - Strategy to Grow

 
Setelah mengikuti materi kuliah yang diberikan oleh para pengajar di minggu ke 2 ini,  saya semakin mendapatkan pencerahan, karena penyampaiannya yang sederhana dan mudah dipahami. Hal ini dapat terjadi karena diutarakan berdasarkan pengalaman mereka yang sangat luas. Berikut resumenya :
1.       Dahlan Iskan dalam pengajaran dengan materi kunci sukses  bisa dipercaya, ada 4 strategi agar bisa terbuka pintu-pintu   kesempatan untuk bertumbuh :
  1. Bila ada peluang, lakukan saat itu juga, jangan menunda-nunda;
  2. Bisa juga dimulai tanpa modal, mulai dari kecil dulu;
  3. Lakukan dengan kesungguhan, (seperti emas 24 karat).
  4. Bisa dipercaya, dengan meyakinkan pemodal atau konsumen.
2.       Sandiaga Uno, dalam materinya Tantangan untuk menumbuhkan Usaha, secara garis besar menyampaikan bahwa untuk berkembang maka suatu usaha harus bertumbuh. Ada 3 tantangan untuk bertumbuh :
  1. Access to human capital – SDM harus sesuai dengan kebutuhan, dan itu mutlak, karena dibalik produk, service dan jumlah produk, ada SDM yang menciptakannya.
  2. Access to market – punya pasar yang kondusif dan terus bertambah.
  3. Access to capital – Modal memang tak dapat dipisahkan untuk menumbuhkan usaha, namun apabila point a dan b sudah bagus, maka point c ini akan otomatis mengejar kita.
3.    Sudhamek AWS dengan materinya Where is the better future menyatakan untuk membesarkan usaha tidak hanya mengejar keuntungan semata, tetapi bagaimana supaya suatu usaha bisa bermanfaat bagi orang lain. Seperti filosofi jawa yang dianut pak Sudhamek : “Urip iku Urup”. Karena sebuah bisnis diperlukan oleh begitu banyak pemangku kepentingan yang saling merajut, tak terpisahkan. Sebagai jaringan, maka masing-masing pihak (produsen – konsumen) saling membutuhkan. Kalau nilai-nilai kemanusiaan tidak dijunjung tinggi, maka bisa terjadi ketidakharmonisan alam.
Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa untuk membesarkan suatu usaha, masing-masing jenis usaha memiliki tantangannya sendiri-sendiri. Dan secara makro sebuah industri dapat dikatakan industri yang bagus apabila : bisa tumbuh pesat; kompetisi belum banyak; profit besar. Namun tentu saja jarang bisa mendapatkan bisnis yang bisa seideal itu.
Pesan penting dari kuliah beliau adalah, supaya bisa sustainable, apapun jenis usaha bisnisnya,  yang kita jual bukanlah barang atau jasa, tetapi NILAI TAMBAH.
4.    Antonius Tanan dalam “mengidentifikasi peluang untuk bertumbuh” menyadur beberapa pendapat ahli yang sangat inspiratif, diantaranya :
a.       Ciputra : Pelanggan adalah sumber INFORMASI, INSPIRASI dan INOVASI.
b.      Peter Drucker : The purpose of business is to create and keep a customer.
c.       Hilton Berie : If opportunity doesn’t knock, build a door!
Selanjutnya ketika peluang dikaitkan dengan pelanggan, Antonius Tanan memberikan teori yang mudah kita ingat dan sangat relevan dengan kenyataan, yaitu : Peluang adalah pelanggan, bawa uang, datang berulang-ulang.
5.       Nur Agustinus dalam materinya “Strategi bertumbuh melalui daur hidup usaha”, mengelompokkan usaha 4 fase, sebagai berikut :
a.       Fase start up – dimulai dari nol. Pada fase ini kita baru mengenal jenis bisnis yang mulai kita geluti, dan pada umumnya masih banyak pos-pos pengeluaran untuk biaya operasional, dll.
b.      Fase pertumbuhan (growth), yaitu fase peningkatan market share yang sangat cepat, dan mulai mendapatkan keuntungan. Pada tahap ini perlu pencatatan pembukuan yang disiplin untuk tahu kapan tercapai titik impas suatu usaha, sehingga bisa diketahui kapan saatnya mendapat profit. Inilah saatnya biaya-biaya operasional bisa dicover dengan pendapatan yang diterima.
c.       Fase Pematangan. Pada fase ini peningkatan market mulai menurun, namun pada fase inilah keuntungan mulai banyak, karena perusahaan semakin ahli menghasilkan produk dengan biaya yang lebih ekonomis, sehingga bisa mendapatkan pendapatan yang lebih banyak.  (Pasar melambat –  Pendapatan meningkat). Pada tahap ini perlu tetap melakukan inovasi-inovasi.
d.      Fase Kemunduran. Bisa juga sebagai fase kematian (hampir sama seperti siklus manusia).
Catatan dari Pak Nur Agustinus bahwa tiap-tiap fase harus tetap waspada, karena masing-masing fase berbeda-beda tantangannya. Ekspansi usaha /strategi pertumbuhan sebaiknya dilakukan pada fase Pematangan. Ada 2 jenis strategi pertumbuhan :
-          Membuka market baru, yaitu membuka cabang lebih banyak, supaya lebih dikenal di daerah-daerah.
-          Menciptakan produk baru (cross selling)
Terimakasih.
Salam Entrepreneur
Nani

Tugas Minggu 3 Resource Management

 
Saran saya untuk warung Mubaarok milik bu Siti sebagai berikut :
1.       Untuk menggaet pelanggan :
a.       Tampilan menu dibuat lebih menarik, dengan kualitas rasa yang harus terus ditingkatkan; buat daftar menu.
b.      Lay out warung diperbaiki, termasuk meningkatkan kebersihan dan kerapihannya,  untuk memberi kesan nyaman bagi konsumen,  agar mereka betah dan mau datang lagi, serta mengajak teman-temannya.
C. Karena letaknya yang kurang strategis (dibalik gundukan tanah), giring konsumen dengan membuat standing banner atau papan petunjuk yang mudah dibaca di sekitar pagar gedung-gedung  yang mengarah ke lokasi warung :
WARUNG MUBAAROK                                           
2.       Untuk mempercepat scale up, bisa juga mengajukan pengajuan program kemitraan dengan BUMN, sebagaimana diatur dalam keputusan Menteri BUMN no.236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 dan Peraturan menteri BUMN nomor per-05/mbu/2007, bisa dengan menghubungi BUMN terdekat.
Demikian saran saya, terima kasih.
Salam Entrepreneur~
Nani