Senin, 10 November 2014

Diskusi Minggu 1

 
Perkenalkan, saya Nani,
Mantan karyawati perusahaan swasta, yang mengalami kejenuhan setelah bekerja selama 23 tahun, dengan penghasilan yang alhamdulillah cukup (kalau tidak mau dibilang pas-pasan) untuk sedikit meringankan tugas suami memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sejak september 2013 saya mengundurkan diri, dan berencana untuk belajar memulai bisnis sendiri yang tidak berhubungan dengan pekerjaan sebelumnya namun menjadi passion saya, yaitu bidang kuliner.
Berbekal dari tabungan sekedarnya, saya mulai alihkan kegiatan rutin saya selama ini, dengan aktifitas yang sama sekali berbeda, antara lain dengan mengikuti beberapa kursus memasak, menghadiri beberapa seminar tentang franchise/ motivasi, menjadi anggota komunitas penyuka masak-memasak, dll.
Saya juga mulai menguji produk saya dengan mengikuti beberapa event bazaar yang berbayar, maupun gratis.
Ketika pertama kali saya coba mengikuti bazaar di perkantoran yang diadakan tiap bulan,  saya, dengan dibantu asisten di rumah, menjual somay mini, wajik ketan, pastel mini, dan es rujak mangga buatan kami. Selama 4 hari pameran, produk kami hanya laku tak lebih dari masing-masing 5 porsi saja. Dan alhasil, usaha tersebut mengalami kerugian.
Belajar dari testing pertama berjualan, dan setelah membandingkan dengan produk makanan lain yang ada di bazaar tersebut,  3 evaluasi saya :
1. Konsumen (yang umumnya karyawan gedung dan peserta bazaar) lebih tertarik pada makanan berat, dari pada camilan. Karena mereka bisa berbelanja hanya pada saat jam istirahat, sambil makan siang. Dan tentunya yang dituju adalah menu makanan berat, seperti nasi, mie, dan sejenisnya.
2.Sebaiknya fokus ke 1 atau maksimal 2 jenis makanan, bukan banyak jenis.
3. Tulisan pada banner/spanduk, sebaiknya langsung nama produk kita, dengan warna mencolok, misalnya "Soto Mie Jakarta", bukan dengan nama usaha kita, misalnya "Serai, home made cooking".
Penasaran, bulan berikutnya saya test lagi, kali ini dengan produk makanan berat, dengan banner mencolok "Nasi Uduk Kebon Nanas". Dibanding test pertama, kali ini cukup banyak konsumen yang datang, sehingga perlu 3 orang menangani pesanan pada jam-jam sibuk tersebut. Saya jadi yakin bahwa produk saya akan bisa diterima di pasaran.
Evaluasi kali ini :
1. Penjualan bagus hanya ketika jam sibuk (jam istirahat) saja, selebihnya biasa-biasa saja - konsumen terbatas.
2. Penjual makanan sejenis (makanan berat) dalam satu bazaar sebaiknya dibatasi, supaya tenant bisa memperoleh margin yang optimal. (pada saat itu terdapat 6 penjual makanan berat).
Dari 2 experimen diatas, saya berencana untuk membuka usaha makanan di stan pusat perbelanjaan, atau bazaar pada even-even yang lebih besar, dengan harapan akan memperoleh konsumen yang lebih banyak.
Mohon informasi, apabila ada pola kemitraan atau sejenisnya untuk bisa mewujudkan rencana saya ini, saya akan tindak lanjuti dengan semangat.
Saya tunggu masukan-masukannya, terima kasih sebelumnya.
Salam Entrepreneur!
Nani

0 komentar:

Posting Komentar