Mantan karyawati perusahaan swasta,
yang mengalami kejenuhan setelah bekerja selama 23 tahun, dengan
penghasilan yang alhamdulillah cukup (kalau tidak mau dibilang
pas-pasan) untuk sedikit meringankan tugas suami memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Sejak september 2013 saya mengundurkan diri, dan
berencana untuk belajar memulai bisnis sendiri yang tidak berhubungan
dengan pekerjaan sebelumnya namun menjadi passion saya, yaitu bidang
kuliner.
Berbekal dari tabungan sekedarnya, saya mulai alihkan
kegiatan rutin saya selama ini, dengan aktifitas yang sama sekali
berbeda, antara lain dengan mengikuti beberapa kursus memasak,
menghadiri beberapa seminar tentang franchise/ motivasi, menjadi anggota
komunitas penyuka masak-memasak, dll.
Saya juga mulai menguji produk saya dengan mengikuti beberapa event bazaar yang berbayar, maupun gratis.
Ketika
pertama kali saya coba mengikuti bazaar di perkantoran yang diadakan
tiap bulan, saya, dengan dibantu asisten di rumah, menjual somay mini,
wajik ketan, pastel mini, dan es rujak mangga buatan kami. Selama 4 hari
pameran, produk kami hanya laku tak lebih dari masing-masing 5 porsi
saja. Dan alhasil, usaha tersebut mengalami kerugian.
Belajar dari
testing pertama berjualan, dan setelah membandingkan dengan produk
makanan lain yang ada di bazaar tersebut, 3 evaluasi saya :
1.
Konsumen (yang umumnya karyawan gedung dan peserta bazaar) lebih
tertarik pada makanan berat, dari pada camilan. Karena mereka bisa
berbelanja hanya pada saat jam istirahat, sambil makan siang. Dan
tentunya yang dituju adalah menu makanan berat, seperti nasi, mie, dan
sejenisnya.
2.Sebaiknya fokus ke 1 atau maksimal 2 jenis makanan, bukan banyak jenis.
3.
Tulisan pada banner/spanduk, sebaiknya langsung nama produk kita,
dengan warna mencolok, misalnya "Soto Mie Jakarta", bukan dengan nama
usaha kita, misalnya "Serai, home made cooking".
Penasaran, bulan
berikutnya saya test lagi, kali ini dengan produk makanan berat, dengan
banner mencolok "Nasi Uduk Kebon Nanas". Dibanding test pertama, kali
ini cukup banyak konsumen yang datang, sehingga perlu 3 orang menangani
pesanan pada jam-jam sibuk tersebut. Saya jadi yakin bahwa produk saya
akan bisa diterima di pasaran.
Evaluasi kali ini :
1. Penjualan bagus hanya ketika jam sibuk (jam istirahat) saja, selebihnya biasa-biasa saja - konsumen terbatas.
2.
Penjual makanan sejenis (makanan berat) dalam satu bazaar sebaiknya
dibatasi, supaya tenant bisa memperoleh margin yang optimal. (pada saat
itu terdapat 6 penjual makanan berat).
Dari 2 experimen diatas,
saya berencana untuk membuka usaha makanan di stan pusat perbelanjaan,
atau bazaar pada even-even yang lebih besar, dengan harapan akan
memperoleh konsumen yang lebih banyak.
Mohon informasi, apabila
ada pola kemitraan atau sejenisnya untuk bisa mewujudkan rencana saya
ini, saya akan tindak lanjuti dengan semangat.
Saya tunggu masukan-masukannya, terima kasih sebelumnya.
Salam Entrepreneur!
Nani
0 komentar:
Posting Komentar